sok-sokan banget ni anak!
Karena bahasa ini terus jadi masalah,
tentu aja gue harus cari jalan keluarnya, dan jalan keluarnya cuma satu yaitu belajar
bahasa. Dua cara dalam mempelajari bahasa adalah menemukan guru yang bijaksana
dan kamus ajaib. Kalau guru yang bijaksana gue gak akan ngandelin temen-temen
gue, karena mereka lebih sering mengajarkan kata-kata tentang marga satwa
daripada kata-kata sehari-hari. Gue pernah nanya bahasa jawanya terima kasih
dan mereka kasih tau kalimat “kulo gudel”
(aku anak kerbau). Karena mencari guru yang bijaksana sulit, maka gue putuskan
untuk mencari kamus ajaib terlebih dahulu. Pas jaman itu gue uda muter-muter
belum nemu ada yang bikin kamus bahasa jawa, yang ada adalah KAWRUH BAHASA JAWA
(KBJ). Buku KBJ ini adalah buku yang berisi tentang pelajaran dasar bahasa
jawa. Buat gue buku ini adalah buku sakti, karena buku sakti ini banyak
menyelamatkan hidup gue dari dunia perbullyan. Walaupun ini buku bukan kamus
yang gue harap, tapi gue cukup bahagia karena di buku ini ada nama-nama hewan
dan anaknya dalam bahasa jawa (gue bully balik lu pada!). Nah alangkah baiknya
kalau menceritakan tahun pertama ini dimulai dari awal gue masuk sekolah
sebagai anak baru.
Hari pertama,
Hari pertama ajaran baru adalah
hari senin dimana upacara bendera dilaksanakan. Kebetulan jarak rumah ke
sekolah gak terlalu jauh, gue berangkat jalan kaki ke sekolah sekitar 6,37 menit.
Sebagai murid baru gue harus nunjukin kesan awal yang baik, jadi saat hari itu
tiba gue semangat banget bangun pagi langsung berangkat. Sepanjang perjalanan
yang gue pikirin adalah bagaimana cara perkenalan gue sama temen-temen baru
dengan konsep yang spektakuler. Tadinya gue rencanain mau masuk pake bom asap dengan
jubah vampir ala pesulap Houdini, tapi nanti yang ada bukannya keren malah pada
kabur dikira lagi foging nyamuk. Gue juga sempet mikir mau masuk sekolah pake
terjun payung dari helikopter terus bawa spanduk yang tulisannya “kEn4lin AqyUh
mUr1D B4rUyH cemaann-cemaann” trus mendarat di tengah lapangan sekolah dengan iringan
musik drumband dan cheerleader, tapi masalahnya kalau gue mendarat
gak mulus dan nyangkut di tiang bendera yang ada gue mati konyol kayak
gantungan kunci angry birds. Pas gue
lagi jalan sambil masih mikirin cara yang tepat gue mulai ngerasa ada yang aneh, ternyata gak
ada seorangpun yang jalan ke sekolah selain gue! Gue ada firasat gak enak
karena dari tadi sama sekali gak liat jam. Kalau seandainya telat bakalan gak lucu
ini, masa anak baru dijemur di lapangan sekolah udah kayak ikan asin. Tapi kalau
gue pikir-pikir perkenalan kayak gini epic juga sebenarnya, gue inget ada
sinetron alay dimana ada scene siswi paling
cantik disekolah ngelapin keringet sambil kasih minum anak baru yang telat, yes its
maybe works! Tapi masalahnya gimana kalau hukumannya bukan cuma dijemur? gimana
kalau ternyata hukumannya berbentuk rajjam
(diiket dilemparin batu) atau digelitikin sampe setep? Belum selesai mikir tiba-tiba
gue udah didepan gerbang sekolah, firasat gue tambah buruk waktu liat tu
gerbang sekolah cuma dibuka dikit. Pas gue masuk ternyata gue masuk disekolahan
yang kena radiasi nuklir, sepppppiiiiiiiiii...... Gue langsung mikir kenapa ni
sekolah sepi banget. Akhirnya gue menyimpulkan ada dua kemungkinan yang logis
menjawab fenomena ini, yang pertama adalah gue gak tau sekolah lagi libur, atau
gue emang satu-satunya murid yang belajar-mengajar di sekolah. Gue udah dikasih
tau bokap kalau gue disuruh masuk kelas 2E, akhirnya gue mencoba memastikan
hipotesa gue tadi dengan masuk ke kelas. Saat nyampe dikelas akhirnya kejawab
sudah kegalauan gue tadi, jam di dinding masih jam 06.05 WIB!!! ternyata gue
dateng kepagian “banget”!! mungkin gue mecahin dua rekor, yang pertama sebagai
siswa terpagi yang datang kesekolah tersebut, dan yang kedua adalah siswa
terbego dengan berangkat sekolah berlari pada pukul 06.00 WIB. Tapi di balik
bencana selalu ada hikmah, akhirnya gue sempet-sempetin observasi sekolah
dengan mengkaji wc yang strategis buat pipis, kantin dengan fengshui yang bagus, dan posisi lapangan
yang pas buat mendaratin ufo.
Setelah mendekati jam masuk
sekolah murid-murid yang lain mulai berdatangan. Maka dimulailah perkenalan
sekedarnya, seperti yang gue bilang sebelumnya kalau bahasa adalah kendalanya.
Waktu salah seorang nanya nama gue siapa dengan bahasa jawa, gue cuma bisa
jawab “nggak ngerti” dan jadi bahan ketawaan anak sekelas. Tapi positifnya gue jadi
cepet dikenal di sekolah, sebagian bilang gue dari jakarta (kenapa harus
jakarta!!) sebagian lagi bilang gue dari belanda. Gue gak tau itu pujian apa
hinaan, tapi kadang ada yang manggil gue “Londo”
(arti: belanda pada jaman penjajahan). Mungkin gara-gara pas itu kulit gue putih,
hidung mancung, dan perawakan besar dengan pantat bohai. Kegiatanpun berjalan
dengan baik-baik saja, tapi mulai berubah ketika ulangan harian biologi datang
melanda. Gue dapet nilai ulangan biologi tertinggi di kelas, dan akhirnya diikuti
juga dengan nilai ulangan harian lainnya. Harusnya itu baik, tapi ternyata ini malah
membawa malapetaka buat gue. Beberapa temen mulai sinis sama gue, mungkin saat
itu gue mulai dianggap ancaman ibarat “real
londo” yang mau nguasain ladang pribumi. Tadinya yang biasa gue pinjem tipe-x jadi gak dipinjemin, yang
biasanya gue diajak ke kantin jadi gak diajak. Bahkan kadang kalau ada anak
kelas lain yang nanya soal ulangan, suka ada aja yang “nyeletuk” menyindir suruh
nanya ke gue yang “pinter”. Gue gak habis pikir ternyata “persaingan” itu
mungkin seperti ini. Ini adalah pelajaran berharga dimana sebelumnya gue berprinsip
polos bahwa semua teman itu selalu berpelukan kayak teletubies apapun yang
terjadi. Mengacu pada hukum sebab-akibat, ternyata memang ada sebab
diantara ini semua. Gue selidikin ternyata di sekolah ini ada sistem “kelas
unggulan”. Dimana murid-murid pinter dikumpulin dalam satu kelas dan
diperlakukan “spesial”. Makanya beberapa murid mungkin ingin bersaing mendapatkan
perstige. Dari jaman gue SD sebenrnya
sistem ini udah ada, dimana beberapa murid terbaik dari tiap sekolah dibuatkan
kelas khusus dalam satu sekolah khusus. Mungkin logikanya kalau orang pinter dijadikan
satu populasi maka akan terjadi persaingan sesama orang pinter dimana hasilnya
menciptakan satu siswa SUPERPINTER. kemudian siswa SUPERPINTER ini akan mewakili
sekolah melawan SUPERPINTER dari sekolah lainnya. Jika SUPERPINTER juara, maka
akreditasi sekolah akan tinggi, uang pembangunan lancar, dan guru-guru bisa
naik gaji. Memang baik ya, tapi ini
DISKRIMINASI namanya. Bagaimana dengan nasib siswa lainnya? bukankah di bawah
undang-undang kita berhak mendapatkan pendidikan yang sama? makanya dari dulu gue
paling males masuk ke kelas kayak gituan, waktu sd gue sempet ditawarin dan
menolak. Tapi smp gini kayaknya lebih baik gue pura-pura bego aja, karena kalau
gue nolak yang ada gue di bully lagi nanti dibilang sok-sokan. Kebetulan dari
kecil gue ada prinsip kalau orang pinter bukan orang dengan nilai terbaik,
tapi orang dengan proses belajar terbaik. Lagian kelas begituan suasanya kayak
rumah robot, homogen! Gue kan pengennya suasana di kelas yang heterogen, yang
ada barbie, unicorn, patrick, spongebob, jenglot, nyi roro kidul dan lain-lain.
Kenakalan remaja
Seiring waktu berjalan gue mulai
kenal dengan preman-preman di sekolah. Perkenalan dimulai dengan sistem
perpalakan, dimana orang yang paling banyak melanggar aturan akan terlihat lebih
kuat, dan orang yang kuatlah yang memalak. Terus apa gue dipalakin? enggak, gue
inisiatif nraktir duluan sebelum dipalakin. Tapi kalau gue cuma nraktir doang
ya lama-lama bakalan dipalak, makanya gue harus kuat juga supaya gak dipalak.
Caranya adalah menolak untuk dipalak dan ikut melanggar beberapa aturan. Disini
gue belajar yang namanya ngerokok (biar garang), nongkrong-nongkrong gak jelas,
ngecat rambut, bolos, sampe ikutan memalak. Strategi perang cina mengatakan "kalau lu olang
uda taklukin tu olang punya pemimpin, owe yakin lu olang bakal bisa ngadepin
cecunguk-cecunguknya". Dan semenjak itu gue gak ngerasa di bully lagi, malah
sekali-kali ngebully orang sih. Dan nilai gue juga uda mulai bagus lagi, karena
gak ada lagi sinis seperti dahulu. Mungkin sekarang mereka udah menganggap gue bagian dari mereka, bukan ancaman.BERSAMBUNG
0 komentar:
Posting Komentar